Medan, Rata News.id :
Terlihat meriah dan semarak, Kerja Tahun Merdang Merdem “Kuta” Medan 2025, dihadiri Bupati dan Wakil Bupati Tanah Karo, Tokoh Adat dan Masyarakat Karo serta para pejabat di Kota Medan, Jakarta dan lainnya, sekaligus acara dirangkai dengan peluncuran “Buku Bangsa Karo dari Masa Ke Masa”.
Bupati Karo Brigjen Pol. (Purn) Dr. dr. Antonius Ginting, Sp.OG, M.Kes dan Wakil Bupati Komando Tarigan, SP, menghadiri Pesta Budaya “Kerja Tahun Merdang Merdem Kuta Medan” Tahun 2025, berlangsung sangat semarak dan meriah di Grand Ballroom JW Marriott Hotel Medan, Sabtu (6/9/2025).
Kegiatan ini, juga dihadiri oleh Ketua DPRD Medan Drs. Wong Chun Sen Tarigan, M.Pd.B, pengusaha nasional dan tokoh masyarakat Karo serta salah satu pendiri Yayasan Karo Foundation Barata Sembiring Brahmana, Ketua Umum DPP Himpunan Masyarakat Karo Indonesia (HMKI), Minola Sebayang, SH, MH, Pemrakarsa Kerja Tahun Merdang Merdem Kuta Medan Drs. H. N. Serta Ginting (yang juga Ketua Umum DPN Forum Komunikasi Purnakarya Perkebunan Nusantara -FKPPN), Pemerkarsa dan Penulis Buku Peradaban Bangsa Karo, Roy Fachraby Ginting, SH, MKn dan tokoh-tokoh masyarakat Karo di Sumatera Utara.

Juga hadir, anggota DPD RI Badikenita Putri Br Sitepu, Prof. Dr. Runtung Sitepu (Rektor USU 2016-2021), Prof. Dr. Syawal Gultom (Rektor Unimed 2015-2019), Prof. Ir. Hj. Nurlisa Ginting (Guru Besar Arsitektur USU), Dr. Simson Ginting (Akademisi Ilmu Politik USU), Walikota Medan yang diwakili Kadis Ketapang Gelora Ginting, serta mantan Hakim Agung Prof. Rehngena Purba, SH, MS.
Kerja tahun merupakan perayaan tradisi adat dan budaya Suku Karo, yang dilaksanakan rutin setiap tahun di Kota ‘Kuta’ Medan. Sekaligus jadi momentum peluncuran serta bedah buku “Bangsa Karo dari Masa ke Masa dalam Dokumentasi Lukisan dan Foto” karya Roy Fachraby Ginting, SH, MKn, dan Dr. Bakhrul Khair Amal, M.Si.
Pada sambutannya, Bupati Karo sangat mengapresiasi, karena buku ini hadir dengan makna yang mendalam, merekam perjalanan panjang masyarakat karo dari masa ke masa, bukan hanya dari sisi sejarah, tetapi juga menampilkan kekayaan adat, nilai budaya, dan dinamika sosial yang menyertainya.

“Melalui dokumentasi berupa lukisan dan foto, kita diajak untuk merenungi kembali bahwa identitas Karo adalah sebuah narasi yang terus berproses, tetap teguh menjaga nilai-nilai luhur leluhur sembari terbuka pada perubahan zaman,” lanjut Bupati Antonius Ginting.
Lebih lanjut Bupati Antonius Ginting, memberikan analogi menarik antara tubuh manusia dan sistem pemerintahan. Ia menyebut, ada sistem yang bekerja otomatis seperti jantung, namun ada pula yang membutuhkan kesadaran penuh seperti otak.
Menurutnya, pemerintahan juga membutuhkan keseimbangan tersebut. “Kerja tahun, merupakan perayaan tradisi adat dan budaya Suku Karo yang dilaksanakan rutin setiap tahun di Kota ‘Kuta’ Medan, menjadi sebuah kebanggaan bagi Suku Karo. Dan peluncuran serta bedah buku “Bangsa Karo dari Masa ke Masa dalam Dokumentasi Lukisan dan Fot,” karya Roy Fachraby Ginting, SH, MKn, dan Dr. Bakhrul Khair Amal, M.Si, menambah literasi kita dan generasi penerus untuk mempertahankan identitasnya sebagai Suku Karo,” tutur Bupati.

Momentum penting dan bersejarah ini, sambung Bupati Karo, penting bagi kita untuk mempererat persaudaraan serta menjaga tradisi leluhur kita, agar tetap lestari di tengah perkembangan zaman, ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah, dalam menjaga serta mengembangkan tradisi yang ada.
Ia berharap, generasi muda semakin aktif berpartisipasi dalam kegiatan budaya, agar nilai-nilai adat tetap hidup dan diwariskan ke generasi berikutnya, sesuai dengan salah satu Visi Bupati dan Wakil Bupati Karo, yakni “Mewujudkan Karo Berbudaya”.
Pesta Budaya “Kerja Tahun Merdang Merdem Kuta Medan Tahun 2025″ dalam masyarakat Suku Karo, adalah simbol kedaulatan pangan, jati diri, ucapan syukur dan penghargaan kepada alam dan penciptanya,” pungkas Bupati.

*Peluncuran Buku Sejarah Karo*
Pendiri Yayasan Karo Foundation, Barata Sembiring Brahmana dalam sambutannya menekankan, pentingnya mendokumentasikan sejarah agar generasi mendatang tidak kehilangan jejak. Ia menyampaikan kekhawatirannya, bahwa banyak foto dan arsip bersejarah yang tersebar tanpa pengelolaan, sehingga berpotensi hilang.
“Sejarah bangsa sering ditulis oleh pihak luar. Karena itu kita harus mengambil alih penulisan sejarah kita sendiri, agar narasi autentik tidak hilang,” ujarnya. Ia mencontohkan peran tokoh Rakutta Sembiring Brahmana, tokoh yang pernah menjabat sebagai Bupati Karo, Bupati Asahan, Wali Kota Tanjungbalai, Wali Kota Pematangsiantar, hingga anggota Konstituante RI.
Sayangnya, nama besar tersebut, kini jarang diingat. “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya,” tegas Brata.
Sementara itu, Ketua DPRD Medan Wong Chun Sen Tarigan menilai peluncuran buku “Bangsa Karo dari Masa ke Masa dalam Dokumentasi Lukisan dan Foto” memiliki arti penting bagi masyarakat.
Buku tersebut tidak hanya mendokumentasikan perjalanan panjang bangsa Karo, tetapi juga berfungsi sebagai media edukasi dan pengingat bagi generasi muda.
“Buku ini monumental karena berhasil merekam sejarah, adat, seni, dan transformasi masyarakat Karo dari era kerajaan, kolonialisme, kemerdekaan hingga masa kini,” jelasnya.

Lebih dari itu, buku ini mengajarkan kita agar tidak melupakan sejarah sekaligus memperkuat identitas budaya di tengah arus modernisasi,” ujarnya. Ia pun mengapresiasi dedikasi kedua penulis, serta dukungan para tokoh masyarakat.
Sebagai penutup, ia mengajak seluruh masyarakat membaca, memiliki, dan mewariskan buku tersebut kepada generasi mendatang, sebagai bentuk tanggung jawab budaya.
Acara Kerja Tahun Merdang Merdem Kuta Medan 2025 ini, bukan hanya menjadi perayaan adat, tetapi juga momentum kebangkitan kesadaran kolektif untuk menjaga sejarah dan memperkuat identitas bangsa Karo di tengah masyarakat modern yang majemuk. (02.RN/sty).